Senin, 17 Desember 2012

you can call her, Mom

Entah kenapa hari ini aku rindu sesosok wanita yang dulu dengan sabar, bahkan sangat sabar membesarkanku. Seorang malaikat sebagai jawaban atas pertanyaanku kepada Sang Pencipta. Seorang ibu yang paling hebat yang pernah aku temui dan miliki.

Kadang aku iri sekali saat teman-teman bercerita betapa kesalnya mereka karena omelan ibu mereka. Iri sekali saat mereka marah karena larangan-larangan ibu mereka. Iri sekali saat mereka menggumamkan kata dengan mulut manyun karena nasihat ibu mereka. Sungguh itu membuatku sangat iri. Ingin sekali aku memutar waktu. Kembali dimasa itu. Dimasa dimana aku dapat merasakan apa yang sekarang jelas tidak dapat aku rasakan.

Entah kenapa seperti ini. Kadang ini sangat berat saat aku membandingkan ini dengan mereka. Seringkali berfikir betapa beruntungnya mereka, lebih dari 17tahun bersama orang yang pasti dan seharusnya mereka cintai dan sayangi di dunia ini.

Kadang aku berfikir, apa yang Tuhan inginkan atas ini. Kadang aku tidak dapat mengartikan apa isyarat Tuhan. banyak pertanyaan-pertanyaan yang kadang menyelinap masuk kedalam otakku. Apa aku harus dewasa? Mandiri? Kuat? Hebat?
secara paksa?

Ya Tuhan..
dia senyum dalam hidupku. Dia kekuatan dalam hatiku. Dia nafas dalam nyawaku. Dia kasih dalam ragaku. Dia damai dalam jiwaku. Ya Tuhan aku sungguh rindu padanya. Kepada siapa lagi aku bertanya saat aku butuh jawaban? Kepada siapa aku mengeluh saat aku jatuh? Kepada siapa aku mengadu saat aku butuh dukungan? Ya Allah aku benar-benar rindu padanya.

Jika aku bisa kembali lagi. aku tidak akan pernah membiarkannya marah, kesal, jengkel, bahkan menangis karena ulahku. Aku akan menjadi anak yang baik, patuh, dan berbakti. Aku tidak akan melakukan papun yang dia larang dan benci. Aku akan selalu ada disisinya saat dia sakit. Aku akan selalu berusaha membuatnya bangga. Aku akan, akan, dan akan. Tapi.. itu hanya ‘jika’. 

Maaf
Seharusnya aku bisa lebih dini menjadi dewasa.







Sabtu, 24 Maret 2012

31 detik kurang lebih

siang itu jogja benar-benar panas. nggak tau berapa mungkin sampe 95 celcius (lebay). kurang lebih jam 2 siang. waktu aku pulang sekolah. kejadian itu singkat, tapi sungguh demi apapun, itu pelajaran penting untukku. panas, rasanya emosi tiap liat orang-orang tua naik motor nggak bener (mungkin bener sih) ya tapi nyebelin aja kalo jalannya pelan bgt tapi di tengah-tengah jalan, rasanya pengen aku tabrak (haha jahat). 
Tiap berenti di lampu merah rasanya kepalaku tambah panas. sungguh emosi tingkat ratu. mesti ada-ada aja asep motor yang baunyaaaa sumpah wangi neraka. kali ini kurang satu lampu merah lagi untuk sampe rumah. yg ini juga bikin emosi. gara-gara mobil gila yang jalannya goyang-goyang nggak jelas, bikin ketinggalan lampu merah. dan sialnya nunggu sampe lebih dari 100 detik! panas! sungguh panas! 31 detik lagi kurang lebih. 
"Bruuuug" di sampingku terlihar bapak-bapak bawa bawaan besar, terlihat dari wajarnya. ia kelelahan. barang yang ia bawa berjatuhan. aku melihat sekeliling tak ada yang menghiraukan. "sini pak" aku memutar kepala. seorang laki-laki (tidak sempuna pada kakinya, menggunakan kruk) dengan senang hati menolong bapak itu. 
Lihatlah dia yang terlihat sepertinya tidak lengkap dalam sekolahnya memiliki perangai melebihiku. aku yang memiliki sebutan siswi sma di jogja yang dituntut lebih dari sekedar membanggakan bangsa, lihatlah kali ini aku kalah. ya Tuhan, aku cemburu. seharusnya paling tidak aku berperan sebagai tokoh sampingan, tapi lihat, aku hanya seorang penonton. dan saat itu juga aku mengerti benar, bukan tentang berapa tapi apa. bukan tentang individu tapi team. dan bukan tentang untuk menjadi nomor satu tapi satu-satunya. 
It doesn't matter what it is. different is special. because God always has a reason for each questioner. one of them, because He has chosen us.