Sabtu, 24 Maret 2012

31 detik kurang lebih

siang itu jogja benar-benar panas. nggak tau berapa mungkin sampe 95 celcius (lebay). kurang lebih jam 2 siang. waktu aku pulang sekolah. kejadian itu singkat, tapi sungguh demi apapun, itu pelajaran penting untukku. panas, rasanya emosi tiap liat orang-orang tua naik motor nggak bener (mungkin bener sih) ya tapi nyebelin aja kalo jalannya pelan bgt tapi di tengah-tengah jalan, rasanya pengen aku tabrak (haha jahat). 
Tiap berenti di lampu merah rasanya kepalaku tambah panas. sungguh emosi tingkat ratu. mesti ada-ada aja asep motor yang baunyaaaa sumpah wangi neraka. kali ini kurang satu lampu merah lagi untuk sampe rumah. yg ini juga bikin emosi. gara-gara mobil gila yang jalannya goyang-goyang nggak jelas, bikin ketinggalan lampu merah. dan sialnya nunggu sampe lebih dari 100 detik! panas! sungguh panas! 31 detik lagi kurang lebih. 
"Bruuuug" di sampingku terlihar bapak-bapak bawa bawaan besar, terlihat dari wajarnya. ia kelelahan. barang yang ia bawa berjatuhan. aku melihat sekeliling tak ada yang menghiraukan. "sini pak" aku memutar kepala. seorang laki-laki (tidak sempuna pada kakinya, menggunakan kruk) dengan senang hati menolong bapak itu. 
Lihatlah dia yang terlihat sepertinya tidak lengkap dalam sekolahnya memiliki perangai melebihiku. aku yang memiliki sebutan siswi sma di jogja yang dituntut lebih dari sekedar membanggakan bangsa, lihatlah kali ini aku kalah. ya Tuhan, aku cemburu. seharusnya paling tidak aku berperan sebagai tokoh sampingan, tapi lihat, aku hanya seorang penonton. dan saat itu juga aku mengerti benar, bukan tentang berapa tapi apa. bukan tentang individu tapi team. dan bukan tentang untuk menjadi nomor satu tapi satu-satunya. 
It doesn't matter what it is. different is special. because God always has a reason for each questioner. one of them, because He has chosen us.